Jumat, 22 Februari 2013

Program Indonesia Bangun Desa

Ayo gabung di Indonesia Bangun Desa
Program ini berupaya mencetak Pemimpin Baru yang memiliki kompetensi wirausaha berbasis pertanian terpadu yang dapat memajukan ekonomi masyarakat pedesaan dan pesisir.

Rekrutmen dan Seleksi

Proses pelaksanaan program Indonesia Bangun Desa dimulai dengan Rekrutmen dan Seleksi peserta dengan lama proses kurang lebih selama 3 bulan.

Persyaratan Menjadi Peserta IBD
1. Laki-laki atau Perempuan, warga negara Indonesia, belum menikah, serta sehat jasmani dan rohani
2. Usia maksimal 25 tahun
3. Diutamakan fresh graduate atau kurang lebih 3 tahun setelah lulus dari berbagai disiplin ilmu
4. Bersedia mengikuti proses pelatihan selama 3 bulan dan penempatan di daerah selama 9 bulan
5. Memiliki IPK ≥ 2.75 dan memiliki kepedulian social serta mengedepankan jiwa kepemimpinan yang ditunjukkan dengan pengalaman berorganisasi atau kegiatan lain
6. Memiliki jiwa entrepreneur, semangat juang, kemampuan adaptasi yang tinggi, dan kemampuan problem solving
7. Mendapatkan izin dan dukungan dari orang tua
8. Berkomitmen menjadi entrepreneur pasca Program Indonesia Bangun Desa

Persyaratan Khusus
Membuat artikel ilmiah dengan memilih salah satu tema dibawah ini :
1. Konsep pertanian terpadu dan berkelanjutan
2. Kebangkitan pertanian Indonesia dan kesejahteraan petani
3. Prospek agribisnis di Indonesia

Pendaftaran 1 feb-27 maret 2013
Download buku panduan pendaftaran di http://goo.gl/nic7P
Daftar online di www.indonesiabangundesa.org

Kamis, 21 Februari 2013

Bahasa Alay Mencoreng Hakekat Sastra



            Sudah bukan menjadi rahasia bahasa Alay kini mewabah di Indonesia khususnya para remaja. Apa sih alay?? Bagi saya banyak faktor untuk mengatakan bahasa itu alay atau tidak. Alay sendiri diambil dari kata anak alay (melebih-lebihkan). Jadi segala sesuatu yang dilebih-lebihkan itu bisa dianggap alay. Melebih-lebihkan dalam konotasi bahasa Indonesia sering disebut Hiperbola. Lantas apa yang membuat alay terlihat najis dalam sastra?? Ya, itulah yang akan saya bedah, apakah alay layak membudaya di Indonesia. Sastra bisa disebut bahasa, teks maupun alat komunikasi yang itu bersifat verbal maupun non verbal. Sehingga sangat erat kaitanya penggunaan alay dengan sastra. Sastra dibangun dengan kaidah yang luar biasa oleh pakar bahasa yang tiap katanya penuh makna. Maka tidak heran ditemukan perbedaan mencolok penggunaan bahasa di tahun 80-an atau 90-an dengan zaman sekarang. Dahulu orang cenderung sopan dalam pengucapan bahasa untuk lebih menghormati orang yang diajak berkomunikasi dan tidak melebih-lebihkan seperti keadaan sekarang.
Sastra (Sansekerta, shastra) merupakan kata serapan dari bahasa Sansekerta śāstra, yang berarti "teks yang mengandung instruksi" atau "pedoman", dari kata dasar śās- yang berarti "instruksi" atau "ajaran". Dalam bahasa Indonesia kata ini biasa digunakan untuk merujuk kepada "kesusastraan" atau sebuah jenis tulisan yang memiliki arti atau keindahan tertentu. Tetapi kata "sastra" bisa pula merujuk kepada semua jenis tulisan, apakah ini indah atau tidak.Selain pengertian istilah atau kata sastra di atas, dapat juga dikemukakan batasan / defenisi dalam berbagai konteks pernyataan yang berbeda satu sama lain. Kenyataan ini mengisyaratkan bahwa sastra itu bukan hanya sekedar istilah yang menyebut fenomena yang sederhana dan gampang.
 Sastra merupakan istilah yang mempunyai arti luas, meliputi sejumlah kegiatan yang berbeda-beda. Kita dapat berbicara secara umum, misalnya berdasarkan aktivitas manusia yang tanpa mempertimbangkan budaya suku maupun bangsa. Sastra dipandang sebagai suatu yang dihasilkan dan dinikmati. Orang-orang tertentu di masyarakat dapat menghasilkan sastra. Sedang orang lain dalam jumlah yang besar menikmati sastra itu dengan cara mendengar atau membacanya.
Batasan sastra menurut PLATO, adalah hasil peniruan atau gambaran dari kenyataan (mimesis). Sebuah karya sastra harus merupakan peneladanan alam semesta dan sekaligus merupakan model kenyataan. Oleh karena itu, nilai sastra semakin rendah dan jauh dari dunia ide.

Aristoteles murid Plato memberi batasan sastra sebagai kegiatan lainnya melalui agama, ilmu pengetahuan dan filsafat. Menurut kaum formalisme Rusia, sastra adalah sebagai gubahan bahasa yang bermaterikan kata-kata dan bersumber dari imajinasi atau emosi pengarang. Rene Welleck dan Austin Warren, memberi defenisi bahasa dalam tiga hal :
  1. Segala sesuatu yang tertulis
  2. Segala sesuatu yang tertulis dan yang menjadi buku terkenal, baik dari segi isi maupun bentukkesusastraannya
  3. Sebagai karya seni yang imajinatif dengan unsur estetisnya dominan dan bermediumkan bahasa.

Sastra merupakan perwujudan pikiran dalam bentuk tulisan. Tulisan menggambarkan media pemikiran yang tercurah melalui bahasa, bahasa yang bisa direpresentasikan dalam bentuk tulisan, media lain bisa saja berbentuk gambar, melody musik, lukisan ataupun karya lingkungan binaan/arsitektur.
Sastra menjadi bagian dari budaya masyarakat. Sastra yang memuat materi yang tinggi dipelihara secara turun-temurun oleh para pujangga, banyak yang secara lisan karena media tulisan sangat terbatas, hanya daun lontar.

Menurut KBBI arti sastra adalah
  1.  bahasa (kata-kata, gaya bahasa) yang dipakai dalam kitab-kitab (bukan bahasa sehari-hari);
  2. karya tulis, yang jika dibandingkan dengan tulisan lain, memiliki berbagai ciri keunggulan seperti keaslian, keartistikan, keindahan dalam isi dan ungkapannya.

Dalam bahasa Inggris kita mengenal kata literature, diserap menjadi literatur ke dalam bahasa Indonesia. Arti literature (menurut kamus online WorldNet) adalah:
  1. creative writing of recognized artistic value
  2. the humanistic study of a body of literature; “he took a course in French literature”
  3. published writings in a particular style on a particular subject; “the technical literature”; “one      aspect of Waterloo has not yet been treated in the literature”
  4. the profession or art of a writer; “her place in literature is secure”.

            Pengaruh alay sangat kental dikalangan remaja menginjak dewasa. Dimana mereka asyik menggunakan bahasa teks maupun langsung dengan kata kata alay. Kebanyakan dari mereka lebih menyukai menggunakan bahasa alay adalah alay itu memperindah bahasa. Seruis memperindah bahasa?? Kemudian saya juga bertanya bagi kaum dewasa dan jawaban mereka malah bingung maksud dari kata kata yang diucapkan ataupun dituliskan. Misal ciyus, miyapah? Ini bisa menjadi bahasa keren, gaul dan trendy bagi remaja namun sangat hina dikalangan dewasa atau orang tua. Ciyus =Serius. Kata serius adalah
Adjective: 1 sungguh-sungguh: ia berbicara -- , tidak bergurau; ia sebenarnya tidak -- mencintai gadis itu; 2 gawat; genting (krn menghadapi bahaya, risiko, akibat, dsb yg mungkin terjadi): situasi (penyakit, kesulitan, kesalahan, dsb) yg --;
me·nye·ri·usi v membuat jadi serius: wartawan ibu kota mencatat bahwa Presiden mulai - reformasi;
ke·se·ri·us·an n kesungguhan: untuk sekali ini aku meminta -mu
Namun kini menjadi kata candaan yang tak sedikitpun menghargai sastra. Itu adalah sedikit contoh kata alay dari ribuan kata alay lainnya. Mereka cenderung mempermudah kata/bahasa dengan kehendaknya sendiri. Ya, jika dapat mengontrol itu masih lumayan, yang jadi pertentangan jika itu sudah menjadi kebiasaan sehingga mereka SMS kepada guru, dosen atau orang yang lebih tua menggunakan bahasa alay. Misal “iBuU, aQo BsUG m’Nta IziN 9’ MsUG ‘Coz AgY aKiiiT”. Bagaimana perasaan ibu/bapak guru atau dosen jika pertama membaca SMS itu?? Jangankan dibalas, dibaca saja mungkin jijik.
            Pesan yang dapat penulis sampaikan adalah marilah kita pemuda khususnya kawula remaja mengontrol bahasa. Karena memang harus diakui di Indonesia sekarang tidak ada atau tidak kuat organisasi yang mengontrol bahasa itu sendiri. Kita adalah penerus bangsa yang cerdas dan beradab. Alay memang sudah menjamur namun apa kita tega mencoreng sastra sendiri demi bahasa yang tak jelas dari mana asalnya itu???

Kamis, 14 Februari 2013

Festival Monolog Tingkat Nasional









Festival Monolog Berbahasa Jawa Tingkat Nasional

KONTAK

Sekretariat Panitia Monolog Berbahasa Jawa Tingkat Nasional
UKM Kesenian Jawa Fakultas Bahasa dan  Seni (FBS) Universitas Negeri Semarang (Unnes) kampus Sekaran Gunungpati Semarang 50229.
Kontak personal; Burhannudin (085743563998); e-mail: monologjawa@gmail.com.
Latar Belakang
Upaya mengembangkan bahasa, sastra, dan budaya Jawa perlu terus digalakkan demi tegaknya budaya bangsa. Eksistensi budaya daerah, termasuk budaya Jawa, sangat penting untuk membangun budaya nasional. Selama ini sering muncul keluhan bahwa generasi muda lebih suka budaya asing daripada budayanya sendiri. Hal itu tidak boleh terjadi. Berbagai strategi perlu ditempuh demi tumbuh dan berkembangnya budaya daerah sebagai penyangga budaya nasional; tidak hanya mengandalkan pendidikan formal, tetapi juga menerobos jalur nonformal.
Konsep konservasi budaya yang dicanangkan Unnes tentu tidak berhenti pada pelestarian wujud budaya yang telah ada, tetapi juga mencakupi pengembangan wujud budaya itu dengan kreativitas dan daya ungkap baru. Budaya Jawa akan semakin adiluhung bila mampu menjalin dialektika dengan budaya lain, tidak terpaku pada wujud yang telah dan pernah ada. Seni monolog barangkali dalam budaya Jawa belum familiar, tetapi dalam khazanah global sudah hangat dibicarakan.
Monolog merupakan bagian dari seni teater (pertunjukan) yang potensial dikembangkan dalam khazanah  budaya Jawa. Orang Jawa mengenal istilah nggremeng, ngudarasa, yang di dalamnya seseorang mengungkapkan pikiran, gagasan, dan perasaannya. Itulah ruh monolog. Kemampuan bermonolog akan menunjukkan kemampuan berbahasa Jawa dan kepekaan terhadap fenomena yang berkembang saat ini. Selain itu, monolog juga dapat dijadikan sebagai wahana untuk mengkontekstualisasikan nilai-nilai budaya yang dianggap lama. Nilai-nilai budaya dalam wayang dan cerita rakyat, misalnya, dapat dikontestualisasikan dengan daya ungkap baru melalui monolog.
Festival monolog berbahasa Jawa yang diselenggarakan dalam rangka Dies Natalis Unnes ke-48 Universitas Negeri Semarang (Unnes) ini diharapkan dapat diikuti peserta dari seluruh wilayah di Indonesia sebagai wujud nyata konservasi budaya yang dicanangkan kampus ini. Festival monolog berbahasa Jawa ini merupakan yang pertama kali diadakan. Daerah-daerah pengguna bahasa Jawa tersebut diharapkan dapat terlibat agar secara wacana kuat dan monumental. Ini merupakan langkah nyata daripada sekadar melakukan konferensi menanggapi simpang-siurnya keberadaan bahasa daerah pada kurikulum terbaru.
Tujuan
    1. Mewadahi kreasi  seni budaya yang digeluti masyarakat umum dan akademisi khususnya di bidang teater.
    2. Meningkatkan dan mengembangkan apresiasi seni di Unnes untuk memperkaya seni budaya bangsa Indonesia yang dapat memperkuat daya saing bangsa.
    3. Menjalin kerjasama antara kelompok seni dari berbagai daerah untuk mempererat rasa persaudaraan dalam rangka keutuhan dan eksistensi budaya yang mengedepankan proses kreatif.
    4. Mengembangkan bahasa dan sastra Jawa sebagai penyangga kebudayaan nasional.
Tema
Tema monolog berbahasa Jawa pada kegiatan ini adalah membangun kreativitas dan daya ungkap baru melalui seni teater monolog.
Bentuk Kegiatan
Festival Monolog Berbahasa Jawa ini dilakukan dalam bentuk pertunjukan teater dengan seorang pemain dan kru (penata setting, musik, artistik, sutradara, dan lain-lain).
PENDAFTARAN
    1. Peserta festival monolog ini bersifat umum, setiap grup terdiri atas seorang pemain dan 9 kru (sutradara, dan sebagainya). Grup yang dimaksud bisa mewakili sekolah, kampus,  atau komunitas seni.
    2. Peserta dibatasi sejumlah 20 peserta. Jika sudah memenuhi kuota, pendaftaran ditutup.
    3. Peserta dipungut biaya pendaftaran sebesar Rp 250.000.
    4. Segala hal keperluan peserta, menyangkut akomodasi, konsumsi, dan lain-lain ditanggung peserta.
    5. Festival ini bisa diikuti oleh grup yang berasal dari daerah pemakai bahasa Jawa, yakni Jawa Tengah, Jawa Timur, dan DIY. Selain itu dapat pula diikuti oleh komunitas budaya Jawa yang ada di luar daerah tersebut sehingga kegiatan ini berlabel ”nasional”.
    6. Pendaftaran peserta dapat dilakukan di sekretariat lomba UKM Kesenian Jawa Unnes kampus Sekaran Gunungpati Semarang, atau melalui kontak personal Burhanudin (085743563998). Formulir pendaftaran dapat diunduh di laman monologjawa.wordpress.com.
    7. Peserta dapat pula melakukan pembayaran melalui rekening BNI Cabang Unnes Semarang No. Rek. 024 668 0712 atas nama Mulyono. Setelah melakukan pembayaran, peserta diwajibkan melakukan konfirmasi kepada panitia.
    8. Pendaftaran ditutup tanggal 16 Maret 2013.
    9. Orientasi panggung bagi peserta dilaksanakan 22 Maret 2013.
    10. Festival dilaksanakan tanggal 23-24 Maret 2013 di Gedung B6 Sendratasik FBS Unnes Gunungpati Semarang.
    11. Panitia menyediakan ruang transit selama dua hari pelaksanaan festival. Bila peserta ingin menginap di tempat lain atau penginapan terdekat dengan lokasi festival, berikut adalah tempat penginapan tersebut
TEKNIS
Aturan Festival
  1. Festival monolog berbahasa Jawa ini lebih menitikberatkan pada pengemasan seni pertunjukan teater dengan seorang pemain. Memang dalam khazanah budaya Jawa sudah ada dalang (wayang) dan kentrung, tetapi dalam monolog sudut pandang penceritaannya berbeda. Monolog dengan sudut penceritaan ”keakuan” lebih berasa dalam hal ngudarasa dan mengeksplorasi keaktoran.
  2. Monolog berbahasa Jawa ini dilakukan secara berkelompok dengan jumlah peserta 10 orang. Seorang pemain di atas panggung, yang lain sebagai kru (sutradara, penata setting, pemain musik).
  3. Waktu yang disediakan adalah 45 menit. Peserta disilakan memanfaatkan waktu tersebut untuk tata seting dan pentas monolog.
  4. Naskah cerita bebas, baik bersumber dari cerita klasik (cerita rakyat, wayang, mitos, dan lain-lain)  maupun cerita mutakhir (kekinian). Bahkan, bisa menyadur dari cerita-cerita asing.
  5. Naskah dikirim ke panitia paling lambat seminggu sebelum pementasan (16 Maret 2013), ke sekretariat UKM Kesenian Jawa FBS Unnes kampus Sekaran Gunungpati Semarang, atau via e-mail; monologjawa@gmail.com.
  6. Tiga penampil terbaik akan memperoleh piagam dan uang pembinaan. Selain itu akan dipilih pula sutradara terbaik, aktor terbaik, artistik terbaik, dan tata iringan terbaik.
7.    Item penjurian:
  •  Keutuhan pementasan
  •  Keaktoran
  •  Keartistikan (setting, lighting, iringan) 
  •  Kekreatifan
8.    Bahasa Jawa yang digunakan dapat menggunakan dialek manapun.
9.    Setiap peserta baik aktor maupun kru akan diberi sertifikat oleh panitia.

Selasa, 12 Februari 2013

Bukan Lagi Islam

           Islam adalah agama yang diajarkan oleh Rosulullah untuk menyembah kepada Alloh SWT dengan kitab suci Al-Qur'an sebagai pedomannya. Di Indonesia islam merupakan agama mayoritas yang dulu sempat diajarkan oleh Wali songo. Bahkan Indonesia menjadi basis islam terbesar didunia dan mengalahkan negara islam di timur tengah. Dalam sejarahnya islam diturt dari Nabi Muhammad dan 4 sahabat nabi yaitu Sayyidina Abu Bakar, Sayyidina Umar, Sayyidina Ustman dan Sayyidina Ali yang kemudian turun kebeberapa madzab yang begitu dikenal yaitu Madzab Imam Hambali, Imam Maliki, Imam Hanfi dan Imam Syafi'i. Indonesia sebagian besar menganut madzab syafi'i yang cenderung lebih bisa diterima di masyarakat.

          Dalam hadist Rosulullah ada 77 golongan yang hanya 1 diantaranya masuk surga yaitu Islam Ahlul Sunnah Wl Jamaah. Apakah itu Islam Ahlul Sunnah Wal Jamaah?? 
Pengertian as-Sunnah Secara Bahasa (Etimologi) As-Sunnah  secara bahasa berasal dari kata: "sanna yasinnu", dan "yasunnu sannan", dan "masnuun" yaitu yang disunnahkan. Sedang "sanna amr" artinya menerangkan (menjelaskan) perkara. As-Sunnah juga mempunyai  arti "at-Thariqah" (jalan/metode/pandangan hidup) dan "as-Sirah" (perilaku) yang terpuji dan tercela. Seperti sabda Rasulullah SAW, "Sungguh kamu  akan mengikuti perilaku orang-orang sebelum kamu sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta." (HR. Al-Bukhari dan Muslim). (HR. Al-Bukhari no 3456, 7320 dan Muslim no. 2669 dari Sahabat Abu Sa'id al-Khudri). Lafazh "sanana" maknanya adalah (pandangan hidup mereka dalam urusan agama dan dunia).
"Barangsiapa memberi contoh suatu sunnah (perilaku) yang baik dalam Islam, maka baginya pahala kebaikan tersebut dan pahala orang yang mengerjakannya setelahnya, tanpa mengurangi sesuatu apapun dari pahala mereka. Dan barang siapa memberi contoh sunnah (perilaku) yang jelak dalam Islam ...." (HR. Muslim). ((HR. Muslim no. 1017, at-Tirmidzi no. 2675, Ibnu Majah no. 203, ad-Darimi no. 514, Ahmad (IV/357), an-Nasa-i no. 2553, dan yang lainnya dari Sahabat Jarir bin ‘Abdillah. Hadist selengkapknya adalah sebagai berikut, "Dari al-Mundzir  bin jarir, dari bapaknya, dia berkata, "Kami pernah berada bersama Rasulullah SAW pada permulaan terik siang. Dia berkata, ‘Lalu datanglah kepada Rasulullah SAW suatu kaum dalam keadaan tidak beralas kaki dan telanjang, hanya memakai kain selimut (yang nampak dari yang memakainya hanya bagian kepala saja) atua mantel dari karung sambil menyandang pedang, kebanyakan mereka  dari kabilah Mudhar, bahkan semuanya dari Mudhar. Melihat kondisi demikian raut wajah Rasulullah SAW menjadi berubah (karena merasa iba) karena melihat kefakiran yang menimpa mereka. Lalu  beliau masuk kemudian keluar, kemudian  menyuruh Bilal untuk mengumandangkan adzan dan iqamah. Rasulullah SAW lalu mengerjakan shalat kemudian dikuti dengan berkhutbah, sambil bersabda : ‘Hai sekalain manusia bertakwalah kepada Rabb-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, .... sampai akhir ayat ‘Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasimu,' (An-Nisaa': 1) juga membaca ayat dalam surat Al-Hasyr, ‘Hari orang-orang  yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memeprhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah....' (Al-Hasyr: 18). (Karena mendengar khutbah Nabi tersebut) Kemudian ada seseorang bershadaqah dari dinarnya, diharmnya, pakaiannya, dari satu sha' (kira-kira 3 kg) gandumnya, satu sha' kurma, sampai-sampai beliau mengatakan walaupun hanya dengan setengah butir kurma kering.' Dia berkata: "Kemudian seorang laki-laki dari Kaum Anshar membawa  membawa sekantung penuh kurma, hampir-hampir telapak tangannya tidak kuat untuk membawahnya, bahkan benar-benar lemah, maka hal itu diikuti silih berganti oleh banyak orang. Sampai-sampai aku melihat dua tumpukan makanan dan pakaian yang sangat banyak. Akupun melihat raut wajah Rasulullah SAW bergembira seakan-akan bersinar cerah sekali,  kemudian beliau bersabda: "Barangsiapa  yang mencontohkan suatu sunnah yang baik dalam Islam, maka baginya pahala sunnah tersebut dan pahala orang yang mengamalkannya sesudahnya, tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun, dan barang siapa mencontoh suatu sunnah yang jelek/buruk dalam Islam, maka dosanya akan ditanggungnya dan juga dosa orang yang mengamalkannya setelahnya, tanpa mengurangi dosa mereka sedikitpun.')
"Barangsiapa memberi contoh suatu sunnah (perilaku) yang baik dalam Islam, maka baginya pahala kebaikan tersebut dan pahala orang yang mengerjakannya setelahnya, tanpa mengurangi sesuatu apapaun dari pahalam mereka. Dan barangsiapa memberi contoh sunnah (perilaku) yang jelak dalam Islam ...."
Lafazh "sunnah" maknanya adalah "sirah" (perilaku). (Lihat kamus bahasa, Lisaanul ‘Arab, Mukhtaarush Shihaah dan al-Qaamuusul Muhith: (bab: Sannana).  
Pengertian as-Sunnah Secara Istilah (Terminologi) Yaitu petunjuk yang telah ditempuh oleh rasulullah SAW dan para Sahabatnya baik berkenaan dengan ilmu, ‘aqidah, perkataan, perbuatan maupun ketetapan. As-Sunnah juga digunakan untuk menyebut sunnah-sunnah (yang berhubungan dengan) ibadah dan ‘aqidah. Lawan kata "sunnah" adalah "bid'ah". Nabi SAW bersabda, "Sesungguhnya barang siapa yang hidup diantara kalian setelahkau, maka akan melihat perselisihan yang banyak. Maka hendaknya kalian berpegang teguh pada Sunnahku dan Sunnah para Khulafa-ur Rasyidin dimana mereka itu telah mendapat hidayah." (Shahih Sunan Abi Dawud oleh Syaikh al-Albani). (HR. Ahmad (IV/126-127), Abu Dawud no. 4607, at-Tirmidzi no. 2676, dan al-Hakim (I/95), dishahihkan dan disepakati oleh Imam adz-Dzahabi. Lihat keternagan hadits selengkapnya di dalam Irwaa-ul Ghaliil no. 2455 oleh Syaikh al-Albani. 
Pengertian Jama'ah Secara Bahasa (Etimologi) Jama'ah diambil dari kata "jama'a" artinya mengumpulkan sesuatu, dengan mendekatkan sebagian dengan sebagian lain. Seperti kalimat "jama'tuhu" (saya telah mengumpulkannya); "fajtama'a" (maka berkumpul). Dan kata tersebut berasal dari kata "ijtima'" (perkumpulan), ia lawan kata dari "tafarruq" (perceraian) dan juga lawan kata dari "furqah" (perpecahan). Jama'ah adalah sekelompok orang banyak; dan dikatakan juga sekelompok manusia yang berkumpul berdasarkan satu tujuan. Dan jama'ah juga berarti kaum yang bersepakat dalam suatu masalah. (Lihat kamus bahasa: Lisaanul ‘Arab, Mukhtaraarush Shihaah dan al-Qaamuusul Muhiith: (bab: Jama'a).
Pengertian Jama'ah Secara Istilah (Terminologi) Yaitu kelompok kaum muslimin ini, dan mereka adalah pendahulu ummat ini dari kalangan para sahabat, tabi'in dan orang-orang yang mengikuti jejak kebaikan mereka sampai hari kiamat; dimana mereka berkumpul berdasarkan Al-Qur-an dan As-Sunnah dan mereka berjalan sesuai dengan yang telah ditempuh oleh Rasulullah SAW baik secara lahir maupun bathin.
Allah Ta'ala telah memeringahkan kaum Mukminin dan menganjurkan mereka agar berkumpul, bersatu dan tolong-menolong. Dan Allah melarang mereka dari perpecahan, perselisihan dan permusuhan. Allah SAW berfirman: "Dan berpeganglah kamu semua kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai." (Ali Imran: 103). Dia berfirman pula, "Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka." (Ali Imran: 105).
Nabi SAW bersabda, "Sesungguhnya agama ini akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga (golongan), tujuh puluh dua tempatnya di dalam Neraka dan satu tempatnya di dalam Surga, yaitu ‘al-Jama'ah." (Shahih Sunan Abi Dawud oleh Imam al-Albani). (HR. Abu Dawud no. 4597, Ahmat (IV/102), al-Hakim (I/128), ad-Darimi (II/241). Dishahihkan oleh al-Hakim dan disepakati oleh Imam adz-Dzahabi dari Mu'awiyah bin Abi Sufyan. Dishahihkan pula oleh Syaikh al-Albani. Lihat Silsilatul Ahadadiitsish Shahiihah no. 203.204). Beliau juga bersabda, "Hendaknya kalian bersatu, dan janganlah bercerai-berai. Karena sesungguhnya syaitan itu bersama seorang, dan dia dari dua orang lebih jauh. Barangsiapa menginginkan di tengah-tengah Surga, maka hendaknya ia berjama'ah (bersatu)!" (HR Ahmad, dalam Musnadnya, dan dishahihkan oleh Imam al-Albani dalam kitab Sunnah karya Ibnu Abi ‘Ashim). (HR. At-Tirmidzi no. 2165, Ahmad (I/18), lafazh ini milik at-Tirmidzi. Dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam kitab as-Sunnah karya Ibnu Abi ‘Ashim dan bersamanya kitab Zhilaalul Jannah fi Takhrij as-Sunnah no. 88).
Seorang Sahabat yang mulia bernama ‘Abullah bin Mas'ud r.a. berkata, "Al-Jama'ah adalah yang mengikuti kebenaran walaupun engkau sendirian." (Diriwayatkan oleh al-Lalika-i dalam kitabnya, Syarah Ushul I'tiqaad Ahlis Sunnah wal Jama'ah). (Syarah Ushuulil I'tiqaad karya al-Lalika-i no. 160 dan al-Baa'its ‘alaa Inkaaril Bida' wal Hawaadits hal. 91-92, tahqiq oleh Syaikh Masyhur bin Hasan Salman).
Jadi Ahlus Sunnah wal Jama'ah, adalah mereka yang berpegang teguh pada sunnah Nabi Muhammad SAW, para sahabatnya dan orang-orang yang mengikuti jejak dan jalan mereka, baik dalam hal ‘aqidah, perkataan maupun perbuatan, juga mereka yang istiqamah (konsisten) dalam ber-ittiba' (mengikuti Sunnah Nabi SAW) dan menjauhi perbuatan bid'ah. Mereka itulah golongan yang tetap menang dan senantiasa ditolong oleh Allah sampai hari Kiamat. Oleh karena itu mengikuti mereka (Salafush Shalih) berarti mendapatkan petunjuk, sedang berselisih terhadapnya berarti kesesatan.
Ahlus Sunnah wal Jama'ah mempunyai karakteristik dan keistimewaan, diantaranya :
1. Mereka mempunyai sikap wasathiyah (pertengahan) di antara ifraath (melampaui batas) dan tafriith (menyia-nyiakan); dan di antara berlebihan dan sewenang-wenang, baik dalam masalah ‘aqidah, hukum atau akhlak. Maka mereka berada di pertengahan antara golongan-golongan lain, sebagaimana juga ummat ini berada dipertengahan antara agama-agama yang ada.
2. Sumber pengambilan pedoman bagi mereka hanyalah al-Qur-an dan as-Sunnah, Mereka pun memperhatikan keduanya dan bersikap taslim (menyerah) terhadap nash-nashnya dan memahaminya sesuai dengan manhaj Salaf.
3. Mereka tidak mempunyai iman yang diagungkan, yang semua perkataannya diambil dari meninggalkan apa yang bertentangan dengan kecuali perkataan Rasulullah SAW. Dan Ahli Sunnah itulah yang paling mengerti dengan keadaan Rasulullah SAW  perkataan dan perbuatannya. Oleh karena itu, merekalah yang paling mencintai sunnah, yang paling peduli untuk mengikuti dan paling lolal terhadap para pengikutnya.
4. Mereka meninggalkan persengketaan dan pertengkaran dalam agama sekaligus menjauhi orang-orang yang terlibat di dalamnnya, meninggalkan perdebatan dan pertengkaran dalam permasalahan tentang halal dan haram. Mereka masuk ke dalam dien (Islam) secara total.
5. Mereka mengagungkan para Salafush Shalih dan berkeyakinan bahwa metode Salaf itulah yang lebih selamat, paling dalam pengetahuannya dan sangat bijaksana.
6. Mereka  menolak ta'wil (penyelewengan suatu nash dari makna yang sebenarnya) dan menyerahkan diri kepada syari'at, dengan mendahulukan nash yang shahih daripada akl (logika) belaka dan menundukkan akal di bawah nash.
7. Mereka memadukan antara nash-nash dalam suatu permasalahan dan mengembalikan (ayat-ayat) yang mutasyabihat (ayat-ayat yang mengandung beberapa pengertian/tidak jelas) kepada yang muhkam (ayat-ayat yang jelas dan tegas maksudnya).
8. Mereka merupakan  figur teladan orang-orang yang shalih, memberikan petunjuk ke arah jalan yang benar dan lurus, dengan kegigihan mereka di atas kebenaran, tidak membolak-balikkan urusan ‘aqidah kemudian bersepakat atas penyimpangannya. Mereka memadukan antara ilmu dan ibadah, antara tawakkal  kepada Allah dan ikhtiar (berusaha), antara berlebih-lebihan dan wara' dalam urusan dunia, antara cemas dan harap, cinta dan benci, antara sikap kasih sayang dan lemah lembut kepada kaum mukminin dengan sikap keras dan kasar kepada orang kafir, serta tidak ada perselisihan diantara mereka walaupun di tempat dan zaman yang berbeda.
9.    Mereka tidak menggunakan sebutan selain Islam, Sunnah dan Jama'ah.
10.  Mereka peduli untuk menyebarkan ‘aqidah yang benar, agama yang lurus, mengajarkannya kepada manusia, memberkan bimbingan dan nasehat kepadanya serta memperhatikan urusan mereka.
11. Mereka adalah orang-orang yang paling sabar atas perkataan, ‘aqidah dan dakwahnya.
12. Mereka sangat peduli terhadap persatuan dan jama'ah, menyeru dan menghimbau manusia kepadanya serta menjauhkan perselisihan, perpecahan dan memberikan peringatan kepada manusia dari hal tersebut.
13.  Allah Ta'ala menjaga mereka dari sikap saling mengkafirkan sesama mereka, kemudian mereka menghukumi orang selain mereka berdasarkan ilmu dan keadilan.
14.  Mereka saling mencintai dan mengasihi sesama mereka, saling tolong menolong diantara mereka, saling menutupi kekurangan sebagian lainnya. Mereka tidak loyal dan memusuhi kecuali atas dasar agama.
Secara garis besarnya, ahlus sunnah wal jama'ah adalah manusia yang paling baik akhlaknya, sangat peduli terhadap kesucian jiwa  mereka dengan berbuat ketaatan kepada Allah Ta'ala, paling luas wawasannya, paling jauh pandangan, paling lapang dadanya dengan khilaf (perbedaan pendapat) dan paling mengetahui tentang adab-adab  dan prinsip-prinsip khilaf.
Pengertian Ahlus Sunnah Wal Jama'ah Secara Ringkas
Bahwa Ahlus Sunnah wal Jama'ah adalah suatu golongan yang telah Rasulullah SAW janjikan akan selamat di antara golongan-golongan yang ada. Landasan mereka bertumpu pada ittiba'us sunnah (mengikuti as-Sunnah) dan menuruti apa yang dibawa oleh nabi baik dalam masalah ‘aqidah, ibadah, petunjuk, tingkah laku, akhlak dan selalu menyertai jama'ah kaum Muslimin.
Dengan demikian, maka definisi Ahlus Sunnah wal Jama'ah tidak keluar dari definisi Salaf. Dan sebagaimana telah dikemukakan bahwa salaf  ialah mereka yang mengenalkan Al-Qur-an dan berpegang teguh dengan As-Sunnah. Jadi Salaf adalah Ahlus Sunnah yang dimaksud oleh Nabi SAW. Dan ahlus sunnah adalah Salafush Shalih dan orang yang mengikuti jejak mereka.
Inilah pengertian yang lebih khusus  dari Ahlus Sunnah wal Jama'ah. Maka tidak termasuk dalam makna ini semua golongan ahli bid'ah dan orang-orang yang mendikuti keinginan nafsunya, seperti  Khawarij, Jahmiyah, Qadariyah, Mu'tazilah, Murji'ah, Rafidhah (Syiah) dan lain-lainnya dari ahli bid'ah yang meniru jalan mereka.
Maka sunnah adalah lawan kata bid'ah, sedangkan jama'ah lawan kata firqah (gologan). Itulah yang dimaksudkan dalam hadits-hadits tentang kewajiban berjama'ah dan larangan bercerai-berai.
Inilah yang dimaksudkan oleh "Turjumanul Qur-an (juru bicara al-Qur-an)" yaitu ‘Abdullah bin ‘Abbas r.a. dalam menafsirkan firman Allah Ta'ala, "Pada hari yang diwaktu itu ada muka yang putih berseri, dan ada pula maka yang hitam muram". (Ali Imran: 106).
Beliau berkata, "Muka yang putih berseri adalah muka Ahlus Sunnah wal Jama'ah dan muka yang hitam muram adalah muka ahlil bid'ah dan furqah (perselisihan)." (Lihat Tafsir Ibnu Katsir, Juz I hal. 390 (QS. Ali Imran: 106). (Diadaptasi dari Abdullah bin Abdul Hamid Al-Atsari, Al-Wajiiz fii Aqiidatis Salafis Shaalih (Ahlis Sunnah wal Jama'ah), atau Intisari Aqidah Ahlus Sunah wal Jama'ah), terj. Farid bin Muhammad Bathathy(Pustaka Imam Syafi'i, cet.I), hlm. 50 -60.)

           Dari berbagai pengertian diatas kemudian munculah beberapa aliran yang mengaku Islam Ahlul Sunnah Wal Jamaah. Di Solo kota budaya ini, saat ini dipenuhi berbagai aliran Islam yang malah cenderung menjatuhkan ajaran islam lainnya satu sama lain. Misal contoh ada LDII, MTA, NU, MUHAMMADIYAH, SALAFI, IKHWANUL MUSLIMIN, bahkan AHMADIYAH. Sebenarnya tak ada masalah dengan berbagai aliran islam yang beragam, toh itu juga hak asasi dalam memilih ibadah. Cuma yang jadi masalah jika ada aliran yang memojokan aliran lain, bahkan mendoktrin musyrik. Musuh islam saat ini adalah diri sendiri, bukan ketika saat Rosulullah berjihad melawan kaum Yahudi dan Nasrani. Dalam pengertiannya Islam itu adalah halus sesuai yang diajarkan Walisongo dalam mengislamkan tanah jawa dengan kehalusan. Namun kini bukan lagi Islam yang dulu. Banyak penafsiran Jihad yang beraneka sehingga menghalalkan terorisme yang malah mencoreng citra islam sendiri.Mungkin ini salah satu tanda kiamat sesuai yang di hadistkan Rosul bahwa diakhir zaman akan banyak kaumku yang saling bermusuhan dan saat itu lah dajjal menghampiri.

Kamis, 07 Februari 2013

Media Masa Se-Alay Olga Syahputra?

Sudah menjadi konsumsi umum berbagai pemberitaan yang dilakukan media massa, seperti Televisi, Radio dan Koran. Dampak yang ditimbulkanpun sungguh luar biasa di masyarakat, baik itu pemberitaan dari kalangan artis hingga politisi. Baikkah?? Tidak, media masa kini sudah beralih fungsi sejak dikuasai pengusaha yang kemudian masuk partai politik. Aburizal Bakrie adalah salah satu pengusaha terkaya di Indonesia yang juga ketua umum Partai Golkar memegang kekuasaan tertinggi di stasiun TV swasta "TV One dan ANTV". Surya Paloh yang dulunya berasal dari partai golkar yang karena tidak terpilih menjaedi ketua umum, beliau membuat partai baru Nasional Demokrat. Dia menguasai "Metro TV" yang setiap saat diisi pemberitaan politik saling menjatuhkan. Persaingan yang kurang sehat diantara stasiun televii swasta ini menimbulkan berbagai spekulasi. Layakkah TV swasta dikonsumsi???.
Kata Alay tampaknya pantas tersemat dalam berbagai TV swasta ini. Olga syahputra. Artis yang kini beranjak tenar dengan tingkah alaynya. Berbagai lelucon candaannya seolah dilebih lebihkan untuk terlihat lucu. Begitu juga TV swasta yang seharusnya memberikan siaran yang nikmat untuk masyarakat, malah memberikan pemberitaan tentang bobroknya pemerintahan dan negara Indonesia umumnya.Ya. Media Masa = Olga syahputra. alay dengan macam pembawaannya.

Pers memang mempunyai otoritas tertinggi dalam penyampaian pendapat dan pemberitaan, namun perlu dicatat sastra tidak serta merta mencatat sesuatu yang tak pantas untuk diberitakan. Sebaliknya media masa seharusnya menjadi alat untuk mencerdaskan masyarakat dengan berbagai info dan pengetahuan yang mendidik tentunya. Penulis berharap Media Masa semakin berkembang ke arah yang positif bukan malah mencerca satu sama lain untuk tujuan pribadi maupun kelompok. Media Masa semestinya berkolaborasi dan kerjasama menciptakan sesuatu yang berguna bagi tujuan bangsa Indonesia.

Minggu, 03 Februari 2013

Joko's Blog

Selamat datang di blog Joko!!
Blog ini memuat tentang Kehidupan Pribadi, Sastra dan Berita Update lainnya.
Kunjungi juga blog lain yang berkaitan teatergadhang.wordpress.com dan fathulhidayah.co.cc
Terimaksih atas perhatiannya.
Salam Budaya!