Selasa, 21 Februari 2017

Sejarah palsu

Pada saat terjadi perang Diponegoro, rakyat yang ikut melakukan perlawanan memiliki dan memupuk rasa kebanggaan yang besar terhadap kejayaan masa Majapahit, pada kebesaran Gajahmada, yang mampu memberi energi perlawanan tak habis-habis terhadap penjajahan. Maka untuk mematikan api semangat tersebut, oleh Belanda pada tahun 1860, dibuatkan Kidung Sunda, yakni sebuah cerita fiktif tentang terjadinya peristiwa Bubat, dimana digambarkan seolah-olah Gajahmada (Majapahit) melakukan kejahatan membunuh putri dan raja Pajajaran.

Kidung ini sama sekali tidak didukung fakta apa-apa, namun demikian hingga sekarang sebagian orang kita percaya bahwa peristiwa tersebut benar-benar pernah terjadi. Dan hingga sekarang pun di Sunda tak ditemukan nama-nama jalan seperti Jl. Gajahmada, Jl. Hayam Wuruk dan lain-lain, begitu pula sebaliknya. Padahal peristiwa Bubat ini tidak lebih dari desain Kolonial untuk meruntuhkan mental para pengikut Diponegoro.

Didukung lagi dengan munculnya Kitab Pararaton yang juga dibuat oleh kolonial Belanda untuk mematahkan mental Diponegoro dan para pasukannya. Substansi yang ingin disampaikan oleh Pararaton ini sebenarnya adalah upaya membusukkan sejarah, yakni bahwa baik Majapahit, Mataram, Demak, Pajang dsb sejatinya adalah keturunan dari Ken Angrok yang tak lain adalah anak haram, pencuri, pembunuh, pemerkosa, penjudi, yang merebut kekuasaan dengan cara-cara yang buruk dan curang serta berdarah.

Jadi Belanda melalui kitab ini hanya ingin mengatakan, sebesar apapun masa lalu Diponegoro dan para pengikutnya serta orang Indonesia pada umumnya, mereka hanyalah keturunan penjahat besar bernama Ken Angrok (Ken Arok). Cerita dalam Paraton tersebut tentu saja fiktif untuk merusak mental orang Indonesia. Tidak ada naskah kuno sebelumnya tentang Ken Arok ini. Buku itu baru dicetak tahun 1976 tapi sudah dibicarakan sejak 1920.

Kolonial Belanda sengaja merusak sejarah dengan tujuan-tujuan yang akan menguntungkan mereka dan melemahkan perjuangan rakyat Indonesia.  Bahkan mungkin hingga sekarang mereka akan menolak disebut pernah menjajah Indonesia, sebaliknya mencerdaskan bangsa Indonesia. Mereka memutarbalikkan fakta-fakta yang ada. Hal ini yang bahkan sampai sekarang masih berlangsung, apa yang ditanam Belanda kita masih mengikutinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar